Acta Diurna Gelar Webinar Nasional : "Memperkuat Dukungan Pers dalam Upaya Menyikapi Kekerasan Terhadap Jurnalis Perempuan

Dokumentasi kegiatan

ACTA DIURNA, FISPOL – Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional sekaligus rangkaian kegiatan Dies Natalis, Pers Mahasiswa Acta Diurna mengelar Webinar Nasional dengan mengangkat tema “Memperkuat Dukungan Pers Dalam Upaya Menyikapi Kekerasan Terhadap Jurnalis Perempuan”, melalui virtual meeting pada Sabtu (12/02/22).

Dalam kesempatan tersebut, dihadirkan dua orang pemantik dengan Amanda Paulien Komaling, selaku jurnalis perempuan yang memiliki segudang penghargaan dan pengalaman dalam bidang jurnalistik, serta Mineshia Lesawengen, salah satu mahasiswi yang mengharumkan nama Fispol Unsrat di kancah nasional melalui Program Kreativitas Mahasiswa.

Dalam penyampaian materinya, Amanda menyebutkan bahwa budaya patriarki masih melekat pada khalayak hal tersebut menjadikan jurnalis perempuan memiliki tanggungjawab yang lebih tinggi di banding jurnalis laki-laki dalam hal memperjuangkan isu kesetaran gender.

Amanda Komaling dalam pemaparan materi 

“Budaya patriarki yang mengganggap perempuan lebih lemah dan rendah menimbulkan terjadinya kekerasan seksual secara verbal maupun non verbal, padahal dalam mengemban tugas khususnya sebagai jurnalis hal ini tidak seharusnya terjadi,” ujar Amanda yang juga merupakan alumni Fakultas Ekonomi Unsrat itu.

Selain itu, Ia menghimbau seluruh jurnalis dalam memproduksi ataupun melakukan pemberitaan terkait kekerasan seksual terhadap perempuan, agar jangan hanya melihat dirinya sebagai jurnalisme tetapi juga harus memiliki perspektif perempuan sebagai korban. Karena berita yang akan sangat berdampak pada citra subjek yang diangkat dan hal ini dapat berdampak buruk bagi korban di masa depan sebagai akibat dari berita yang belum di cari tahu kebenarannya.

“Jangan hanya mengejar rating lalu jari kita menjadikan kita merusak citra baik seseorang di masa depan,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Mineshia Lasewengan selaku pemantik kedua memberikan sudut pandangnya tentang perempuan. Ia menyebut perempuan sebagai pahlawan yang bukan hanya berjuang di medan perang tetapi juga berusaha melawan kekerasan seksual yang masih terus terjadi. Dalam hal ini pada jurnalis perempuan.

“Perempuan adalah pahlawan,” kata pemantik 2 yang akrab di sapa Neshia itu.

Mineshia dalam pemaparan materi

Neshia juga menegaskan jangan sampai membuka ruang bagi pelaku kekerasan seksual yang merugikan korban. Ia berharap agar semua media massa menjunjung tinggi kode etik jurnalistik sehingga dengan demikian patuh terhadap aturan.

“Jangan pernah memberikan ruang sedikitpun bagi pelaku-pelaku kekerasan seksual. Saya menghimbau media massa menjunjung tinggi penerapan kode etik jurnalisitik,” tutup Neshia yang juga merupakan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Pemerintahan itu.

Diketahui, webinar diikuti oleh kurang lebih 50 peserta dan seorang Dosen Fakultas Hukum.

Reporter : Silvia Lungi
Editor : Louis Lolong

Comments