Opini : Breakthrough Campus Democracy Revolutionary System

 

Denilson Gidyon Nelwan (Mahasiswa Fakutas Ilmu Budaya Unsrat)

Penulis : Denilson Gidyon Nelwan

To begin this rant/opinion of mine that I will jot down in his page, I would like to say that every single student of UNSRAT has the right to voice out their opinions and concerns of the campus itself. However, students of UNSRAT are being apathetic towards the democracy and how is the current wavelength of the political dynamics. Let me be clear and bold here: we are university students; we are the bridge of people and government. There are several reasons why students do not voice out their aspiration. One of those is their academic performance might be going down even some are spooked of being expelled from the institution. There is no transparency of the University’s Financial which is kind of fishy and it must be questioned.

Here comes the great concern of mine. Whilst I study at this very prestigious Institution called UNSRAT, I can’t seem to find The Ketua BEM and MPM, as in a definitive one. That leads to hardships and difficulties to student’s organization whether it’s internal or external of the faculty. You might call me a narcissist, but I want power s that I can make a breakthrough for the good of UNSRAT as a whole. Unfortunately, there are only PLH & PLT BEM, which they don’t have the same jurisdiction compared to a definitive selected Ketua MPM and BPM. Well, I admit that I’m not a political expert, but I am aware that there is something wrong in the system that must be changed and revolutionized.

At 30th of November, Steering Committee of KUM (Kongres Umum Mahasiswa) UNSRAT was conducting a students’ congress cooperating with the current PLH MPM and his colleagues. Again, I would like to clarify that I am no Political Expert. But the congress wasn’t conducive since we are limited by time and a place to conduct the congress. KUM is a crucial momentum so that there will be a definitive Ketua MPM, which determine the welfare of all students in UNSRAT; be it their academics, organizational necessities, preparation for a competition that at the end of the day will help leveling up the prestige of UNSRAT itself, and the list goes on. I would like to question why the congress is limited by time seing that there are important elements that needs to be discussed in the congress. And here I’m questioning why the annual program of “Pemilihan Nyong Noni UNSRAT” can be conducted even after operational hours whilst KUM, which for me is way more important than a pageantry, can’t. Pathetic, isn’t it?

I’m at my 4th year of studying in UNSRAT, and I expect much from this Institution because I’m proud to say that our rector received an award as The Best Rector of the year. Unfortunately, the saying that says “do not expect much or you will be disappointed to much” is happening in this situation inside this Educational Institution. I really hope there will be a change and development after I send this aspiration of mine to the Press of Faculty of Social and Political Science. Last but not the least, HIDUP MAHASISWA!

 

“Terobosan Sistem Revolusioner Demokrasi Kampus”

 [ Terjemahan Bahasa Indonesia ]

Penulis : Denilson Gidyon Nelwan

Untuk mengawali beberapa aspirasi saya yang akan saya tulis di laman ini, saya ingin mengatakan bahwa setiap mahasiswa UNSRAT berhak untuk menyuarakan pendapat dan keprihatinannya terhadap kampus itu sendiri. Namun mahasiswa UNSRAT justru bersikap apatis terhadap demokrasi dan bagaimana gelombang dinamika politik saat ini. Biarkan saya menjadi jelas dan berani di sini: kami adalah mahasiswa; kami adalah jembatan masyarakat dan pemerintah. Ada beberapa alasan mengapa mahasiswa tidak menyuarakan aspirasinya. Salah satunya adalah ketakutan mahasiswa atas akademik mereka yang mungkin akan turun bahkan ada yang takut dikeluarkan dari institusi. Tidak adanya transparansi Keuangan dan rancangan anggaran Universitas yang bisa memicu kecurigaan, juga harus dipertanyakan.

Di sinilah perhatian besar saya. Selama kuliah di UNSRAT yang sangat bergengsi ini, sepertinya saya tidak menemukan Ketua BEM dan MPM secara definitif. Hal itu menimbulkan kesulitan dan kesulitan bagi organisasi kemahasiswaan baik internal maupun eksternal fakultas. Katakanlah saya narsis, tapi saya ingin terlibat dengan cara berdiskusi bahkan saya ingin menjadi anggota agar saya bisa membuat terobosan untuk kebaikan UNSRAT secara keseluruhan. Sayangnya, yang ada hanya PLH & PLT MPM maupun BEM yang tidak memiliki kewenangan yang sama dibandingkan dengan Ketua MPM dan BPM yang dipilih secara definitif. Yah, saya akui saya bukan ahli politik, tapi saya sadar ada yang salah dalam sistem yang harus diubah dan direvolusi.

Pada tanggal 30 November, Panitia Pengarah KUM (Kongres Umum Mahasiswa) UNSRAT menyelenggarakan kongres mahasiswa bekerjasama dengan PLH MPM saat ini dan rekan-rekannya. Sekali lagi, saya ingin mengklarifikasi bahwa saya bukan Ahli Politik. Namun kongres tersebut tidak kondusif karena keterbatasan waktu dan tempat untuk menyelenggarakan kongres. KUM merupakan momentum yang sangat penting agar ada Ketua MPM yang definitif, yang menentukan kesejahteraan seluruh mahasiswa di UNSRAT; baik itu akademik, kebutuhan organisasi, persiapan kompetisi yang pada akhirnya akan membantu menaikkan pamor UNSRAT itu sendiri, dan masih banyak lagi. Saya ingin mempertanyakan mengapa kongres dibatasi oleh waktu mengingat ada unsur-unsur penting yang perlu dibahas dalam kongres. Dan di sini saya mempertanyakan mengapa program tahunan “Pemilihan Nyong Noni UNSRAT” dapat dilaksanakan bahkan setelah jam operasional sementara KUM, yang bagi saya jauh lebih penting daripada pemilihan duta kampus, tidak bisa. Menyedihkan, bukan?

Ini adalah tahun ke-4 saya menuntut ilmu di UNSRAT, dan saya berharap banyak dari Institusi ini karena saya bangga mengatakan bahwa rektor kami menerima penghargaan sebagai Rektor Terbaik tahun ini. Sayangnya, pepatah yang mengatakan "jangan berharap banyak atau Anda akan kecewa terlalu banyak" terjadi dalam situasi ini di dalam Lembaga Pendidikan ini. Saya sangat berharap akan ada perubahan dan perkembangan setelah saya mengirimkan aspirasi saya ini kepada Pers Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Akhir kata, saya ingin mengatakan, HIDUP MAHASISWA!

Comments

  1. Opini yg menarik dan to the point, yg membandingkan persoalan KUM dan Pemilihan nyong noni unsrat. Terlihat jelas bahwa ada kekurangan dalam pemberian kesempatan dari pihak kampus.

    KUM yg dibatasi waktu, serta pemilihan nyong noni unsrat yg lebih leluasa agendanya (melebihi jam operasional kampus)

    Kemudian patut kita pertanyakan, apakah ada unsur kesengajaan sehingga muncul ketimpangan kesempatan antara 2 agenda mahasiswa?!

    ReplyDelete
  2. Tak semua suara didengar, dan bisa Aku pastikan itu disengaja. Atau bisa juga suaramu didengar, tapi seolah-olah tak didengar.
    Pemilihan nyong & noni Unsrat menarik perhatian masyarakat luas, otomatis mengangkat popularitas kampus. Sedangkan KUM hanya menarik perhatian para aktifis mahasiswa yg seringkali mengkritisi keputusan petinggi.

    ReplyDelete

Post a Comment