14 Februari, Mengenang Peristiwa Merah Putih di Manado

(Pasukan tentara KNIL yang membela Indonesia)

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 ,kondisi keamanan belum langsung tentram masih banyak peristiwa-peristiwa yang mengancam daerah daerah di indonesia saat itu.

Khususnya di sulawesi atau tepatnya di manado peristiwa yang di beri nama peristiwa merah putih, yang turut andil dalam terbentuknya bangsa indonesia itu sendiri

Peristiwa merah putih di Manado merupakan bagian dari serangkaian peristiwa yang terjadi di Indonesia ketika pihak sekutu berusaha untuk mengambil alih kembali kekuasaan akan Indonesia yang telah dideklarasikannya kemerdekaan oleh Soekarno dan Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Peristiwa ini sendiri terjadi pada tanggal 14 Februari 1946 dan merupakan gerak militer dari pasukan KNIL kompi VII yang ada saat itu ada di bawah pimpinan Ch. Taulu. Di mana mereka kemudian merebut kekuasaan di beberapa lokasi di Indonesia dengan bantuan rakyat seperti Manado, Tomohon, dan Minahasa.

Dari percobaan perebutan kekuasaan tersebut, ada sekitar 600 orang pasukan Belanda dan pejabat tinggi mereka yang berhasil ditawan. Pertempuran ini berakhir pada tanggal 16 Februari di mana mulai bertebaran sebuah selebaran berisi pernyataan perebutan kekuasaan di seluruh Manado oleh bangsa Indonesia.

Peristiwa merah putih di Manado beserta beberapa peristiwa-peristiwa lainnya di Indonesia yang terjadi setelah deklarasi kemerdekaan tidak lepas dari kejadian bersejarah pada bulan Juli tahun 1944

di mana pada waktu itu Jepang mengalami kekalahan telak melawan pasukan Sekutu ketika mereka bertempur di atas lautan Pasifik.

Kekalahan mereka ini membuat mereka mundur untuk memperkuat kubu pertahanan mereka di pulau Sulawesi dan di daerah Maluku Utara. Di bulan yang sama, Sam Ratulangi mengutus pemuda-pemuda untuk pergi ke Manado

Demi menyambut kemerdekaan yang akan dimiliki oleh Indonesia jika ternyata perang pasifik berakhir dengan hancurnya pasukan Jepang oleh pihak Sekutu.

Utusan yang di kirim ini beranggotakan Mantik Pakasi dan Freddy Lumanauw sebagai utusan tentara, dan Wim Pangalila, Buce Ompi, serta Olang Sondakh sebagai perwakilan pemuda. Mereka pergi ke Surabaya, dan melanjutkan perjalanan menggunakan Dai yu Maru menuju Manado.

Dua bulan setelah perngutusan pemuda oleh Sam Ratulangi menuju Manado, tiba-tiba muncul pesawat pembom B-29 yang merupakan pesawat perang udara milik Angkatan Udara Sekutu. Pesawat pesawat itu kemudian menghujani Manado dengan bom, dan menghabcurkan semua , menewaskan penduduk di manado

Hal ini kemudian memicu kecurigaan Jepang bahwa ada mata-mata Sekutu yang berperan sebagai tokoh nasionalis. Di bulan September 1944 ini juga kubu pertahanan Jepang di Sulawesi Utara dan Morotai berhasil ditaklukkan oleh Jenderal Mac Arthur sebelum ia bertolak ke Leyte, Filipina.

Selama pertengahan tahun April 1945 hingga awal Februari 1946, terjadi lagi konflik atau hal-hal yang menuntun terjadinya peristiwa merah putih di Manado. Pada bulan April hingga Agustus 1945 misalnya, di mana Pimpinan Kaigun menyiapkan kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan apa yang pernah ia janjikan dahulu kala. Pada masa itu, bendera merah-putih dikibarkan

Pada bulan September di bulan yang sama, NICA dan Belanda yang saat itu ada di bawah perlindungan pasukan Sekutu dengan senang hati masuk ke area Indonesia,

Pada bulan terakhir tahun 1945, Manado mulai lega dengan perginya seluruh pasukan Sekutu dari tanah itu. Perginya Sekutu tidak berarti damai, karena mereka pada akhirnya menyerahkan tugas yang tengah mereka jalani secara total kepada NICA-KNIL yang dipimpin oleh seorang Inggris.

John Rahasia dan Wim Pangalila kemudian melihat hal ini sebagai kesempatan untuk melakukan sebuah revolusi atau pemberontakan yang akan dilakukan oleh pemuda-pemuda Manado.

NEFIS-Belanda mulai sedikit lebih pintar, dan mereka sudah bisa mulai mencurigai orang yang akan melakukan pemberontakan ini.

Pada bulan Februari 1946, pasukan KNIL yang ada di Teiling masih dicurigai oleh pihak Belanda.Belanda mengeluarkan perintah strength arrest kepada pemimpin mereka, yaitu Furir Taulu, Wuisan, Frans Lantu, Wim Tamburian, Wangko Sumanti, dan Yan Sambuaga karena mereka dinilai penghasut tentara Indonesia..

Pada tanggal 14 Februari, barulah peristiwa merah putih di Manado terjadi. Pada saat peristiwa itu dimulai, mereka berhasil memengaruhi pihak Belanda, dan membuat Kopral Mambi Runtukahu yang ditunjuk sebagai pemimpin ahli penyergapan pos yang ada di markas Manado.

Setelah serangan yang tidak ada perlawan selesai, ada beberapa nama kaum nasionalis yang kemudian ditangkap oleh NICA dan dituduh sebagai mata-mata Jepang. Keberhasilan kudeta yang dilakukan oleh Wuisan dan kawan-kawan tiba di telinga kapten KNIL pada masa itu, yang bernama J Kaseger yang akhirnya ikut berjuang membela Indonesia.

akhir peristiwa merah putih ini terjadi pada tanggal 15 dan 16 Ferbuari, hanya satu hingga dua hari setelah peristiwa ini dimulai. Pada tanggal 15 Ferbruari 1946, komandan KNIL pada waktu itu yang bernama De Vries tertangkap dan menjadi tawanan, hingga ia dihadapkan kepada Taulu dan Wuisan demi membuat kesepakatan akan perselisihan yang terjadi ini.

De Vries, seperti layaknya pimpinan lain, bertanya apakah kudeta militer yang akan dilakukan akan menjamin militer dia . Pada saat itu, sebenernya Taulu tahu bahwa mereka sedang terdesak dan akan kalah, tapi dia berkata mereka berjuang bersama pemuda Indonesia, dan akan mempertahankan perjuangan itu. Setelah kejadian ini, seluruh daerah Minahasa kemudian mulai melihat prosesi pengibaran bendera Merah-Putih dan dilakukan di setiap pelosok Minahasa dan Manado. (Redaksi)

Penulis : Yeremia Turangan

Comments