![]() |
(Foto Dokumentasi Unsrat) |
UNSRAT, ACTA DIURNA – Setelah berhasil memperoleh akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) pada tanggal 27 Desember 2017 silam, Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado terus berbenah diri dan semakin meningkatkan kualitas kampus dari berbagai aspek penyokong aktivitas perkuliahan: infrastruktur, suprastruktur, akademik dan non akademik.
Hal ini dibuktikan dengan kian meroketnya peringkat Unsrat di sejumlah platform pemeringkatan perguruan tinggi -yang keabsahan dan kevalidannya telah diakui di tingkat nasional maupun dunia. Kini Unsrat menduduki peringkat 27 di pemeringkatan klasterisasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI. Unsrat juga sementara ini bertengger pada peringkat 26 disebuah perangkat atau sistem pemeringkatan global yang disebut Webometrics.
Berdasarkan itu, pencapaian Unsrat menuai beragam tanggapan dari civitas akademikanya. Seperti halnya kesan dan pesan yang kali ini datang dari sudut pandang dan penilaian sejumlah mahasiswa di Kampus Si Tou Timou Tumou Tou tersebut.
Kepada ACTA DIURNA, Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Unsrat, Velix Mangkuwibowo, memanjatkan syukur atas pencapaian yang merupakan hasil dari upaya tiada kenal lelah para pimpinan kampus dan seluruh penghuni Unsrat.
“Sebagai mahasiswa Unsrat, kita patutnya berbangga atas capaian tersebut. Karena kenaikan peringkat ini dapat dikatakan signifikan dibeberapa tahun terakhir. Ini membuktikan adanya kerja keras dari civitas akademika Unsrat dan kepemimpinan di era ini. Semoga prestasi ini terus dikembangkan, sehingga Unsrat dapat membuktikan eksistensinya sebagai salah satu universitas terbaik yang ada di Indonesia Timur,” ungkap Velix.
Namun disisi lain, Velix juga memiliki keresahan tersendiri atas capaian tersebut. “Untuk mendapatkan akreditasi A dan menduduki peringkat Unsrat saat ini, tentunya ada proses penilaian yang telah dilalui. Baik penilaian dalam aspek ketersediaan infrastruktur, kualitas maupun kuantitas SDM yang tersedia, dan produk akademik hingga non akademik yang berhasil dicetakUnsrat,” ulasnya.
“Namun, fenomena yang saya lihat di lapangan ada perkara SDM yang masih terjadi. Masih ada sejumlah fakultas di Unsrat yang kuota tenaga pengajarnya belum memadai, seperti halnya di Fispol. Hal ini bisa menyebabkan proses berlajar-mengajar mahasiswa menjadi tidak efektif. Belum lagi jika kita merujuk pada efisiensi aktivitas perkuliahan,” jelas Velix.
“Jangan sampai karena kurangnya SDM, ada tenaga pendidik yang diberikan kewenangan untuk mengajarkan mata kuliah yang tidak dia kuasai sepenuhnya. Jangan sampai juga karena kurangnya SDM, ada tenaga pendidik yang harus menangani beberapa mata kuliah dalam sehari sedangkan waktunya bertabrakan. Aktivitas akademik mahasiswa pasti akan terganggu dan menjadi tidak maksimal dalam kondisi perkuliahan seperti ini. Semoga kedepannya Unsrat bisa segera mengatasi persoalan-persoalan ini,” tandas mahasiswa semester 7 di Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fispol Unsrat tersebut.
Senada dengan itu, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsrat, Tommy Tompolumiu, mengharapkan agar Kampus Sam Ratulangi terus membenahi diri di tengah prestasi yang telah diraih.
“Selaku mahasiswa, tentu saya sangat berbangga dengan kenaikan peringkat dari Unsrat yang beberapa tahun ini selalu meningkat. Akan tetapi, setitik harapan dari kami semoga kedepannya Unsrat bisa terus berbenah agar kedepannya bisa semakin jauh lebih baik daripada sebelumnya,” tuturnya.
“Persoalan UKT memang sudah kita lewati dan sudah ditanggapi juga oleh pihak rektorat. Kedepannya, kita semua berharap agar seluruh kalangan mahasiswa bisa berkuliah di Unsrat tanpa ada beban kuliah yang terlampau besar. Semoga saja pihak rektorat bisa terus membenahi sistem penentuan UKT dan memberikan solusi yang konkrit bagi para mahasiswa," tambah Tommy.
Menutup kalimatnya, Tommy menginginkan pihak rektorat untuk terus aktiv memperhatikan segala kekurangan dari aspek-aspek perkuliahan yang ada di Unsrat dan perlu untuk dilengkapi.
"Pada akhirnya, jalan keluar untuk persoalan UKT telah disepakati oleh pimpinan rektorat bersama mahasiswa. Namun, menurut saya masih ada sistem perkuliahan yang perlu terus diperbaiki supaya semakin pro dengan semua kalangan mahasiswa. Sarana dan prasarana penunjang perkuliahan di sebelas fakultas juga masih ada yang menunggu untuk dilengkapi,” tutup Tommy.
Kedepannya -tidak hanya dari mereka berdua- tapi kita semua selaku warga Unsrat mengharapkan agar hasil pemeringkatan ini tidak hanya memberikan kebahagiaan semu secara kasat mata. Namun demikian, bisa benar-benar mewujudkan dampak dan manfaat yang nyata untuk dirasakan seluruh civitas akademika; terlebih khusus bagi seluruh kalangan mahasiswa yang merupakan aset intelektual berharga sebuah bangsa. (Redaksi)
Penuls: Rezky Kumaat
Comments
Post a Comment