Uang Kuliah Tunggal Mahasiswa Baru Unsrat 2019 Makin Meresahkan

Alvian Tempongbuka (kiri).

ACTA DIURNA -
UKT yang di tetapkan secara langsung oleh pihak kampus dengan diadakan penetapan UKT secara otomatis yaitu melalui teknologi dan jaringan (online) sehingga mehilangkan prinsip kemanusiaan itu sendiri (komunikasi secara langsung), semisal negosiasi dengan keluhan kondisi daripada pendapatan serta tanggungan dari orang tua mahasiswa baru itu sendiri.


Karena realitas yang ada dalam sistem online yang dikenakan hari ini tak mampu menjangkau secara lebih perinci, semisal klasifikasi petani, nelayan dan lain sebagainya. Padahal secara terang-terangan petani bawang dan kentang tak bisa dipukul rata dengan petani yang sekedar menanam untuk kebutuhan setiap hari; serta berharap hasil kelapa yang tak lebih dari 100 kg per kuartal. Ataupun tak bisa kita samaratakan antara si nelayan yang hanya menggunakan perahu sederhana serta alat tangkap seadanya, dibanding dengan nelayan yang sudah menggunakan pajeko.

Semisal dengan temuan lansung seorang petani dengan tanggungan tiga orang anak. Dua orang anak diantaranya sedang menempuh perguruan tinggi sedang satu anak lainnya masih dalam kondisi balita.

Sedang penghasilannya tak lebih dari setiap bulannya berkisar di angka 600 ribuan, karena lebih menitikberatkan pada penghasilan kelapa (kopra). Tetapi beban UKT yang diemban si anak petani tersebut hanya senilai lima juta rupiah menyebabkan semangat yang awalnya membara harus diredahkan kembali setelah diperhadapkan dengan beban UKT tersebut.

Adapun seorang anak yang ditemui di lobi Fispol Unsrat dengan menetaskan air mata karna harus menandaskan semangatnya untuk bisa masuk di Universitas Sam Ratulangi Manado karena dibenturkan dengan biaya UKT.

Tingginya nilai UKT menjadi masalah yang sangat menghilangkan nilai kemanusiaan yang menjadi slogan daripada Unsrat itu sendiri: "Si Tou Timou Timou Tumou Tou" nampaknya hanya menjadi surga telinga semata.

Serta cita-cita bangsa dan negara sesuai UUD 1945 (alinea 4) dengan isi mencerdaskan kehidupan bangsa hanya bisa kita cantumkan sebagai hiasan dinding yang ada didalam gedung pemerintahan.

Penulis: Alvian Tempongbuka

Comments

Post a Comment