![]() |
Alvian Tempongbuka (kiri). |
ACTA DIURNA - UKT yang di tetapkan secara langsung oleh pihak kampus dengan diadakan penetapan UKT secara otomatis yaitu melalui teknologi dan jaringan (online) sehingga mehilangkan prinsip kemanusiaan itu sendiri (komunikasi secara langsung), semisal negosiasi dengan keluhan kondisi daripada pendapatan serta tanggungan dari orang tua mahasiswa baru itu sendiri.
Karena realitas yang ada dalam sistem online yang dikenakan hari
ini tak mampu menjangkau secara lebih perinci, semisal klasifikasi petani, nelayan dan lain sebagainya. Padahal secara terang-terangan petani bawang dan kentang tak bisa dipukul rata dengan petani yang sekedar menanam untuk kebutuhan
setiap hari; serta berharap hasil kelapa yang tak lebih dari 100 kg per kuartal.
Ataupun tak bisa kita samaratakan antara si nelayan yang hanya menggunakan perahu
sederhana serta alat tangkap seadanya, dibanding dengan nelayan yang sudah
menggunakan pajeko.
Semisal dengan temuan lansung seorang petani dengan
tanggungan tiga orang anak. Dua orang anak diantaranya sedang menempuh perguruan tinggi
sedang satu anak lainnya masih dalam kondisi balita.
Sedang penghasilannya tak lebih dari setiap bulannya berkisar di angka 600 ribuan, karena lebih menitikberatkan pada penghasilan kelapa (kopra). Tetapi beban UKT yang diemban si anak petani tersebut hanya senilai lima juta rupiah menyebabkan
semangat yang awalnya membara harus diredahkan kembali setelah diperhadapkan
dengan beban UKT tersebut.
Adapun seorang anak yang ditemui di lobi Fispol Unsrat dengan
menetaskan air mata karna harus menandaskan semangatnya untuk bisa masuk di
Universitas Sam Ratulangi Manado karena dibenturkan dengan biaya UKT.
Tingginya nilai UKT menjadi masalah yang sangat menghilangkan nilai kemanusiaan yang menjadi slogan daripada Unsrat itu sendiri: "Si Tou Timou Timou Tumou Tou" nampaknya hanya menjadi surga telinga semata.
Serta cita-cita bangsa dan negara sesuai UUD 1945 (alinea 4) dengan isi mencerdaskan kehidupan bangsa hanya bisa kita cantumkan sebagai
hiasan dinding yang ada didalam gedung pemerintahan.
Penulis: Alvian Tempongbuka
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete