Era Revolusi Industri 4.0: Masa Kejayaan Pelaku Komunikasi

Ilustrasi.

ACTA DIURNA – Era Revolusi Industri 4.0 mengubah dunia menjadi perpustakaan digital. Era ini ditandai dengan adanya cyber-physical system (sistem yang menggabungkan dunia maya/internet dan dunia fisik), sehingga konektivitas antara manusia, mesin dan informasi menjadi semakin tidak terbatas. Dunia industri masa kini pun telah berkolaborasi dengan sistem tersebut dan melahirkan banyak lapangan pekerjaan baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

Tak bisa dipungkiri, informasi merupakan elemen penting yang menjadi tolak ukur dalam perkembangan peradaban umat manusia sedari dulu hingga masa kini. Era ini pun memudahkan manusia untuk memanfaatkan dan memanipulai informasi tersebut secara maksimal.

Transaksi informasi antara individu secara global menjadi begitu masif di abad ke 20. Perkembangan informasi dapat diakses secara instan dengan memanfaatkan media teknologi informasi komunikasi yang terbarukan. Dengan demikian, teknik berkomunikasi yang baik dan benar memiliki berperan penting dalam menentukan berjalannya proses tersebut.

Berbicara soal informasi dan komunikasi, ada satu kutipan dari seorang penulis dan futuris asal Amerika bernama John Naisbitt; dia mengatakan, “Siapa menguasai informasi, ia akan menguasai dunia. Siapa menguasai dunia, ia akan mencapai kejayaan.” Hal ini nampaknya sangat disadari betul oleh Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fispol) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Dra. Desie Warouw, M.Si.

Kepada ACTA DIURNA, Desie mengungkapkan bahwa era saat ini begitu membutuhkan para pelaku-pelaku komunikasi untuk berkontribusi di dunia profesional.

“Sekarang ini merupakan era komunikasi dan informasi, sehingga dunia pasar pekerjaan saat ini sangat membutuhkan orang-orang yang ahli dalam bidang komunikasi. Hal ini membuat para mahasiswa Ilmu Komunikasi, baik itu di bidang Jurnalistik, Humas dan Ilmu Perpustakaan memiliki prospek yang baik dalam mendapatkan lapangan pekerjaan kedepannya,” tutur Desie.

Para mahasiswa komunikasi yang saya lihat saat ini, lanjut Desie, tidak hanya memperoleh pekerjaan dalam bidang yang menjadi spesialisasi mereka. Tapi juga bisa menyesuaikan di berbagai bidang pekerjaan lainnya, seperti dunia pemerintahan atau birokrasi, swasta maupun wiraswasta. Hal ini disebabkan kurikulum komunikasi sudah dikemas sedemikian rupa untuk bisa tetap kompeten di bidang ilmu lainnya. Saat ini pun hanya sekitar 30 persen mahasiswa komunikasi yang bekerja sesuai kompetensi mereka.

Hal ini membuktikan bahwa peluang untuk mendapatkan pekerjaan bagi mahasiswa ilmu komunikasi terbuka di semua lini. Walaupun kami tetap mengharapkan bahwa mereka bisa mengabdikan ilmu mereka di bidang yang menjadi konsentrasi ilmu mereka, tambah Desie.

Kemudian membahas soal Program Studi (Prodi) Ilmu Perpustakaan yang masih merupakan satu bidang keilmuan di komunikasi, Desie mengungkapkan fakta-fakta yang terdapat di dalamnya.

“Sedari dulu orang-orang sering mempertanyakan masa depan seorang pustakawan mau jadi apa. Tapi saya mau katakan saat ini, Jurusan Ilmu Komunikasi Fispol Unsrat belum mampu untuk mencukupi kuota permintaan praktikum hingga kuota permintaan pekerjaan yang datang dari pihak pemerintah dan swasta. Para mahasiswa komunikasi program studi ilmu perpustakaan belum saja lulus sudah banyak mendapat tawaran kerja,” ungkap Desie.

“Saat ini terdapat program pemerintah yang mewajibkan setiap kecamatan di Indonesia memiliki perpustakaan. Dan yang mengelolahnya harus sumber daya manusia yang memiliki pendidikan formal di bidang pustakawan tentunya. Karena disini kita membahas soal skill,” paparnya.

“Para mahasiswa ilmu perpustakaan juga bisa menjadi seorang dosen dan peneliti. Nantinya tunjangan fungsional dan pensiunan yang mereka peroleh lebih tinggi dengan waktu pensiun di umur 60 tahun. Berdasarkan itu, peminat di bidang ilmu perpustakaan saat ini semakin banyak. Adapun program studi ilmu perpustakaan di Unsrat merupakan satu-satunya Prodi Ilmu Perpustakaan Strata 1 (S1, red) berstatus negeri yang ada di Indonesia Timur. Kalau di rana swasta sudah banyak,” tandas Desie.

Dengan demikian, Desie pun memberikan pesan bagi seluruh mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fispol Unsrat agar melakukan tugas dan kewajiban mereka dengan baik selama berada di dunia perkuliahan.

“Kami mengharapkan agar kalian bisa selesai tepat waktu karena kita saat ini sudah menerapkan sistem DO (Drop Out, red). Ketika kalian tidak selesai tepat waktu dalam 7 tahun maka nanti akan dengan sendirinya nama kalian hilang dari database kampus. Oleh karena itu kalian harus betul-betul disiplin dalam perkuliahan dan perhatikanlah segala kewajiban kalian sebagai mahasiswa,” tutur Desie.

“Kalian juga dihimbau untuk selalu menjaga etika dan moral sebagai mahasiswa. Imbangilah kemampuan akademik yang baik dengan perilaku atau softskill yang baik juga, karena itu semua pasti dinilai oleh para dosen. Selain itu kalian tidak boleh lupa untuk melengkapi diri dengan ilmu bermuatan lokal supaya bisa menjadi mahasiswa yang perfect mengingat kondisi perkembangan dunia saat ini,” tambahnya.

“Jangan lupa juga untuk memanfaatkan ketersediaan dosen pembimbing terkait persoalan akademik maupun nonakademik. Konsultasikan apa yang menjadi masalah kalian kepada mereka karena itulah salah satu fungsi dosen pembimbing,” tutup Desie. (Redaksi)

Penulis: Rezky Kumaat

Comments